Namabeliau Sayyid Abu bakar Syatho' yang ada di Kaliwungu kendal adalah cucu dari Syaikh Abu bakar syatho' pengarang ianatu tholibin.. Nama beliau sama seperti nama kakeknya, sama2 abu bakar syatho', dan yang di hadapan saya itu tertulis Syarifah Fatimah binti ali jufri zaujatu Sayyid abi bakar assyatho' yang cucu bukan yang kakek.. SayyidAbu Bakar Syatha al-Dimyathi; Sayyid Ahmad Zaini Dahlan; Memperoleh ijazah dari Habib Abdullah bin Ali Al Haddad; Syekh Imam Nawawi al-Bantani; Sayyid al Bakry Muhammad Syatho; Muhammad Amin Al Kurdi; Yusuf bin Ismail Anabhani; 3 Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. MuhammadMahfudz at-Tarmasi. Al-Imaam Al-'Allaamah Al-Faqiih Al-Ushuuli Al-Muhaddits Al-Muqri Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan at-Tarmasi al-Jawi al-Makki asy-Syafi'i ( bahasa Arab: الإمام العلامة الفقيه الاصولي المحدث المقرئ محمد محفوظ بن عبد الله بن عبد المنان SayyidAbu Bakar Syatha mengomentari pendapat Imam al-Subki dengan mengatakan: والمعتمد قبولها، إذ لا عبرة بقول الحسٌاب. Menurut yang muktamad, kesaksian tersebut diterima, karena pendapat ahli hisab tidak muktabar (tidak masuk hitungan). Alasan Imam al-Subki : (لان الحساب قطعي والرؤية AbuBakar Syatha al-Dimyathi al-Maliki. Pustaka. Menziarahi Makam Sayyid Bakûr b. Ahmad b. Abû Bakar Syathâ al-Dimyâthî al-Makkî (w. 1965): Cucu Pengarang Kitab "I'ânah al-Thâlibîn" yang Wafat dan Dikebumikan di Kaliwungu (Jawa Tengah) Sayyid Abû Bakar b. Muhammad Syathâ al-Dimyâthî al-Makkî, atau yang dikenal dengan nama Telah wafat Sayyid Abû Bakar yang terkenal dengan nama Bâkûr b. Ahmad b. pengarang kitab I'ânah al-Thâlibîn yaitu Sayyid Bakrî Syathâ, pada malam Senin Wage, 10 dzulhijjah [malam Idul Adha] tahun 1384 Hijri atau 12 April 1965 Masehi. Jasad beliau dimakamkan di sisi sebelah barat dari makam seorang wali yang salih, yaitu Kiai Asy IANAHAT-THALIBIN JUZ 3. No Panggil: 2x4 AD- i Klasifikasi: Pengarang: Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha Ad-Dimyathi Pengarang tambahan: Penerbit: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah Bahasa: Arab ISBN: Halaman/Ukuran: 351 hlm hal/19 x 27 cm Resensi: File Digital: AbuIzuddin, Solihin. Tarbiyah Djatiyah. Solo : Burhanul Ikhwah Produk, 2000. Ad Dimyathi, Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha. I'anah Ath-Thalibin Juz 2. Semarang : Thaha Putra, 2007. Akhyar. Masyarakat Kalangan Muhammadiyah Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, Wawancara Pribadi, Bertemu di Rumahnya Desa Saba Dolok, 08 September 2018. v8ce DT Ix jM Gg 1q 1v fi 8j h3 ef MG 4r io rJ bg DA CD 8w Q6 9m Aa Kc 0N Hg cn 5z GY 7m 8R AP Td if XS mn Vg mW JQ in KT Fh 85 1Y xs az 82 Rj hR az Bt 7I MY DX o6 SayyidAbu Bakar Syatha mengomentari pendapat Imam al-Subki dengan mengatakan: والمعتمد قبولها، إذ لا عبرة بقول الحسٌاب. Artinya, "Menurut yang muktamad, kesaksian tersebut diterima, karena pendapat ahli hisab tidak muktabar (tidak masuk hitungan)." bl88L. Oleh Amirul Ulum Ketika ulama Nusantara bersinggungan dengan Haramain dalam menjaring keilmuan yang bertempat di Masjidil Haram dan Masjid an-Nabawi, banyak dari santri Jawi yag memerankan kencah keilmuan di sana, yang diakui oleh banyak kalangan dari berbagai penjuru dunia. Mereka ada yang menjadi imam di Masjidil Haram, khatib, dan pengajar di dalamnya. Mereka ada yang menjadi mufti dan mengajar di madrasah-madrasah ternama seperti Madrasah al-Falah, Shaulathiyyah, dan Dar al-Ulum. Di antaranya adalah Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi, Syaikh Mahfudz al-Termasi, Sayyid Ali al-Banjari, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Keempat ulama ini sangat akrab dengan Marga Syatha, seperti Sayyid Umar Syatha, Sayyid Ustman Syatha, dan Sayyid Abu Bakar Syatha dalam istilah Kiai Maimoen Zubair sering disebut dengan Sayyid Bakri Syatha. Mereka adalah santri andalan Marga Syatha yang mempunyai prestasi gemilang. Bahkan ada kalangan Jawi yang diambil menantu oleh Marga Syatha, yaitu Syaikh Abdussyakur al-Sirbawi diambil menantu oleh Syaikh Muhammad Zainal Abidin Syatha, ayah dari Syaikh Abu Bakar Syatha.[1] Selain keempat ulama di atas, masih banyak ulama Jawa yang mempunyai jaringan keilmuan dengan Marga Syatha, baik sebagai sahabat maupun murid. Marga Syatha dikenal akrab dengan santri Jawi. Keakrabannya tidak hanya ketika menjalani dirasah di Haramain, namun lebih daripada itu. Seperti halnya Sayyid Ustman Syatha, yang sangat perhatian dengan dakwah santri-santrinya yang sudah berkiprah di Nusantara. Ketika Sayyid Ustman Syatha berkunjung ke Sumatra Barat, ia sempat mengunjungi daerah Minangkabau, tempat di mana salah satu murid andalannya, yaitu Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Waktu itu, al-Minangkabawi sedang dilema, apakah harus melanjutkan dirasahnya ke Haramain untuk kesekian kalinya atau cukup dengan keilmuan yang didapatkan yang kemudian diabdikan di tengah masyarakatnya. Orang tuanya sangat mengharapkan agar al-Minangkabawi tidak usah ke Haramain lagi. Mereka merasa sangat kesepian jika ia pergi lagi. Namun, setelah keluarganya dinasehati oleh Sayyid Ustman yang intinya bahwa al-Minangkabawi ini kelak akan menjadi sinar bagi bangsanya jika ia melanjutkan dirasahnya dan berkiprah di Haramain. Ia akan menjadi cahaya bagi umat. Apa yang diucapkan oleh Sayyid Ustman Syatha ini menjadi sebuah kenyataan. Al-Minangkabawi prestasinya sungguh membanggakan bangsanya. Ia satu-satunya ulama Nusantara yang pernah menjadi Mufti Mazhab Syafi’i di Hijaz. Selain itu, ia juga seorang khatib, imam, dan pengajar di Masjidil Haram. Karena antara santri Jawi dengan Marga Syatha sudah terjalin keakraban, maka tidak mengherankan jika Marga Syatha saat hijrah atau berkunjung ke Nusantara untuk berdakwah, maka mereka disambut dengan antusias seperti Sayyid Shadaqah ibn Abdullah, Sayyid Hisyam Syatha, dan Sayyid Hamzah Syatha. Untuk nama yang terakhir ini, yakni Sayyid Hamzah Syatha, terbilang masih keponakan dari Sayyid Bakri Syatha, pengarang Kitab i’ânatu al-Thâlibin, sebuah kitab yang masyhur dan menjadi rujukan ulama Nusantara ketika hendak mempelajari kajian Mazhab Imam Syafi’i. Sayyid Hamzah Syatha hijrah ke Nusantara disebabkan Haramain sedang dalam kondisi genting. kelompok Wahabi telah mengadakan kudeta kepada Syarief Makkah pada 1924 M. Dengan dikuasainya Haramain oleh kelompok Wahabi, maka banyak ulama Sunni yang mendapatkan perlakuan kurang baik, sehingga hal ini menyebabkan mereka banyak yang hijrah meninggalkan Haramain, seperti Syaikh Ibnu Maya’ba guru Kiai Zubair Dahlan yang hijrah ke Mesir dan Sayyid Hamzah Syatha yang hijrah ke Sedan, Rembang. Sebelum menyebarkan agama Islam di Sedan, ia sempat mukim di Bogor, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur. Sayyid Hamzah Syatha hijrah ke Sedan ditemani oleh sahabatnya, Kiai Abdul Hamid. Sayyid Hamzah Syatha ini dikenal sebagai ulama yang tawaduk dan dermawan. Ia sering merdarmakan sebagian hartanya untuk membangun masjid atau tempat ibadah. Menurut sebuah catatan, masjid yang berdiri berkah sumbangsihnya ada sekitar Sayyid Hamzah Syatha dijalani untuk amal kebajikan, seperti melanggengkan membaca al-Qur’an dan mulang ngaji, khususnya di Masjid Jami’ Sedan yang sekarang pengajiannya diteruskan oleh Kiai Haizul Ma’ali, salah satu santri Kiai Zubair Dahlan. Ia sangat menghormati orang alim. Salah satu ulama alim berdarah Sedan yang sangat ia segani adalah Kiai Abdusy Syakur al-Swidangi, ayah Kiai Abul Fadhal Senori. Karena jasanya yang begitu besar bagi persebaran agama Islam ala Ahlissunnah wa al-Jamaah di Sedan, Rembang, maka tidak mengherankan jika acara haul Sayyid Hamzah Syatha ramai dikunjungi peziarah, yang bukan hanya dari wilayah Sedan saja. Ia dihauli setiap tanggal 23 Muharram. Ia wafat pada tahun 1940 M. [] NB Tulisan ini dikutip dari buku Kebangkitan Ulama Rembang Sumbangsih untuk Nusantara & Dunia Islam karya Amirul Ulum [1] Biografi Syaikh Abu Bakar Syatha ditulis oleh santrinya yang berasal dari Nusantara Palembang yaitu Syaikh Aman Khatib al-Palimbani. Oleh Amirul Ulum Mempelajari ilmu Gramatika Arab menjadi syarat mutlak untuk dapat memahami isi kandungan al-Qur’an dan al-Hadist, serta kitab-kitab ulama yang ditulis dengan memakai huruf Arab. Banyak sekali orang yang mengesampingkan ilmu ini. Mereka lebih mengandalkan kitab terjemahan, sehingga imbasnya, terjadilah kesalahpahaman dalam memberikan natijah, karena Bahasa Arab mempunyai banyak faidah dan makna, seperti halnya perubahan tashrifan, dari fi’il madhi-mudhari’-masdar hingga isim zaman-makan keterangan waktu dan tempat, seperti tashrifan lafadz nashara yanshuru nashran sampai mansharun2 minsharun. Tentang pentingnya ilmu Gramatika Arab ini, Sayyid Abu Bakar Syatha pernah mengutip pendapat ulama ahli Nahwu, Imam al-Kisâ’i imam ilmu Gramatika Arab di Kufah yang mengatakan, “Barang siapa yang menguasai ilmu Nahwu dengan baik, maka dia akan diberi petunjuk untuk bisa menguasai beberapa cabang keilmuan yang lainnya.” Sayyid Abu Bakar Syatha merupakan salah satu murid andalan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, yang dikenal sebagai pakar ilmu Gramatika Arab, yang paling menonjol pada zamannya, meneruskan jaringan keilmuan dari Imam Sibawaih yang sanad keilmuannya berhujung kepadanya melalui gurunya, Syaikh Ustman ibn Hasan al-Dimyathi yang meriwayatkan dari Muhammad ibn Muhammad ibn Abdul Qadir al-Amir al-Kabir yang meriwayatkan dari Muhammad ibn Salim al-Hafni yang meriwayatkan dari Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Budiri yang meriwayatkan dari Abi al-Asrar Hasan al-Ujaimi yang meriwayatkan dari Syaihabuddin Ahmad ibn Muhammad al-Khafâji yang meriwayatkan dari Muhammad ibn Abdurrahman al-Alqama yang meriwayatkan dari al-Hafidz Jalaludin Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyuti yang meriwayatkan dari al-Allamah Taqiyuddin Ahmad ibn Kamaluddin Muhammad al-Syumunni yang meriwayatkan dari Syaikh Syamsudin al-Syanthnufi yang meriwayatkan dari dari al-Allamah Syamsudin Muhammad ibn Muhammad al-Ghimari yang meriwayatkan dari al-Imam Abi Hayyan Muhammad ibn Yusuf al-Jayyani yang meriwayatkan dari Abi Hasan Ali ibn Muhammad al-Abudiyyi yang meriwayatkan dari Abi Amr ibn Muhammad yang meriwayatkan dari al-Hafiz Abi Bakar Muhammad ibn Abdullah ibn Yahya al-Fihri yang meriwayatkan dari Abil Hasan Ali ibn Abdurrahman ibn al-Akhdhari yang meriwayatkan dari Abi al-Hajjaj ibn Yusuf ibn Sulaiman al-Alam yang meriwayatkan dari Abil Qasim Ibrahim ibn Muhammad al-Iflili yang meriwayatkan dari Muhammad ibn Ashim al-Ashami yang meriwayatkan dari Abi Abdillah Muhammad ibn Yahya ibn Abdussalam al-Rayahi yang meriwayatkan dari Abi Ja’far Ahmad ibn Muhammad al-Nuhas yang meriwayatkan dari Abi Ishaq al-Zajjaji yang meriwayatkan dari Abil Abbas Muhammad ibn Yazid yang meriwayatkan dari Abi Amr Shaleh ibn Isha al-Jurmi yang meriwayatkan dari Abi Hasan Said ibn Masadah Imam Akhfas yang meriwayatkan dari al-Imam al-Kabir Abi Basyar Amr ibn Ustman ibn Qunbur atau yang lebih masyhur dikenal dengan Sibawaih. Dalam bidang Gramatika Arab, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan mempunyai beberapa karya di antaranya adalah, Syarah Mukhtashar Jiddan mengomentari kitab al-Jurumiyah dan Dahlan al-Fiyyah. Supaya kitab Mukhtashar Jiddan bertambah keberkahannya, Sayyid Abu Bakar Syatha menyuruh salah satu muridnya, Syaikh Muhammad Ma’shum ibn Salim al-Sepatoni al-Samarani untuk menhasiyahi kitab tersebut. Dengan penuh ketaatan al-Sepatoni menjalankan perintah gurunya tersebut. Ia mengarang kitab yang diberi judul Tasywîqu al-Khillân. Selain Sayyid Abu Bakar Syatha, murid Sayyid Ahmad Zaini Dahlan yang menonjol dalam bidang Gramatika Arab-nya adalah, Sayyid Abid al-Maliki, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Umar al-Sarani Sarang, Rembang, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, dan Syaikhona Khalil sanad keilmuan Gramatika Arab yang dibangun oleh ulama Nusantara sebagaimana yang disebutkan di atas, senantiasa dilanjutkan oleh generasi setelahnya, anak-cucu muridnya, seperti halnya Sayyid Ali ibn Husein al-Maliki yang dijuluki Imam Sibawaih pada zamannya. Gelar tersebut kemudian diwarisi salah satu muridnya yang berasal dari Padang, Syaikh Dur Dum al-Fadani. Syaikh Dur Dum al-Fadani mempunyai murid yang alim yang dikenal sebagai mujaddid, yaitu Sayyid Muhammad al-Maliki. Al-Maliki ini merupakan ulama Hijaz yang memberikan sematan Sibawaih Jawa kepada Kiai Muhammadun Pondowan, sosok ulama yang berasal dari Pati, Jawa Tengah. Ia mengambil sanad keilmuan Gramatika Arab dari Kiai Amir Pekalongan yang meriwayatkan dari Syaikh Mahfudz al-Termasi yang meriwayatkan dari Sayyid Abu Bakar Syatha, murid Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Ulama Nusantara Center Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik Home/ DOWNLOAD/ DOWNLOAD KITAB I'ANAH AT-THALIBIIN LENGKAP 4 JILID KITAB HASYIYAH I'ANAH AT-THALIBIIN JUDUL HASYIAH I'ANAH AT-THALIBIIN ALA FATH AL-MU'IN PENGARANG SAYYID ABU BAKAR MUHAMMAD SYATHA AD-DIMYATI JILID 4 JILID BAHASA BAHASA ARAB FORMAT FILE PDF LINK DOWNLOAD AKTIF UNTUK DOWNLOAD SILAKAN KLIK Juz1 - Juz2 - Juz3 - Juz 4 SEMOGA BERMANFAAT